Budaya batik berkembang pesat di Indonesia, dengan kemampuan menciptakan desain yang detail dan bermakna. Perkembangan batik di Indonesia sudah ada sejak zaman Majapahit. Selanjutnya, batik berkembang pesat pada masa Kesultanan Mataram Surakarta dan Yogyakarta, kemudian menyebar ke berbagai penjuru Nusantara.
Thomas Stamford Raffles melaporkan dalam bukunya The History of Java bahwa setidaknya ada 100 desain batik yang ditemuinya di Jawa saat menjadi Gubernur Jenderal (1811-1816).Batik sebagai bagian dari Keraton Mataram pada awalnya hanya digunakan oleh kalangan kerajaan untuk membuat pakaian bagi Sultan dan keluarganya, serta para pejabat keraton.
Pola batik yang digunakan konon terinspirasi dari hasil meditasi dan puasa Sultan. Kain batik yang dibuat di lingkungan keraton hanya boleh digunakan oleh kalangan keraton dan dikenal dengan pola larangan batik. Misalnya, beberapa pola ikat celup yang dilarang adalah parang, parang patah, cemukiran, gergaji, syair udan, semen, dan pola.
Kota Solo dikenal sebagai salah satu pusat industri batik terbesar di Jawa Tengah. Batik yang berkembang di Solo banyak dipengaruhi oleh budaya keraton. Salah satunya adalah Batik Pamiluto yang dikembangkan di Keraton Mangkunegaran. Batik Pamiluto adalah salah satu batik yang ada di Keraton Mangkunegaran.
Batik ini pernah ramai diperbincangkan ketika Ibu Negara Iriana Jokowi memintanya saat pelantikan pada 2019 lalu. Batik pamiluto yang dikenakan Iriana Jokowi kini dianggap sebagai simbol kebhinekaan Indonesia. Pakaian batik mendapat banyak publisitas ketika Ibu Negara Iriana mengenakannya saat upacara pelantikan Joko Widodo pada tahun 2019.
Saat itu, Iriana mengenakan kebaya dengan atasan putih dipadukan dengan selendang dan Pamiluto Batik Jarit sebagai bawahannya. Batik Pamiluto adalah batik dengan pola geometris berbentuk persegi panjang yang dipisahkan oleh garis. Batik ini dikembangkan di Solo sedemikian rupa sehingga penggunaan warna didominasi oleh warna coklat. Warna coklat memang sudah menjadi ciri khas Batik Solo.
Sejarah dan Makna Batik Pamiluto
Pola dalam batik Pamiluto sudah ada sejak Keraton Solo berdiri. Tema ini adalah tema solo lama. Ciri khas dari pola tambal sulam Pamiluto adalah adanya pola geometris yang khas di sisi segitiga atas. Sedangkan pada bagian bawah motifnya terdapat motif bunga yang disusun secara teratur. Pola ini sering digunakan dalam upacara adat atau keraton. Namun tema ini bisa digunakan oleh siapa saja, tidak hanya keluarga kerajaan saja.
Pamiluto berasal dari kata Pulut yang artinya lengket. Dalam bahasa Jawa sering disebut kepilut, atau tertarik. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa pola ini diterapkan pada kain batik untuk menarik perhatian. Hal ini dipertegas dengan corak yang sangat berbeda yang membentuk batik ini.
Selembar kanvas contoh pamiluto bisa memuat hingga 100 motif berbeda.Motif batik seperti parang, kawaung dan belalai dapat ditemukan pada batik ini.Alih-alih terlihat rumit, berbagai pola pada batik ini membuatnya menarik. Batik yang berbeda dipadukan untuk menciptakan tema yang indah.
Banyaknya corak pada batik ini diyakini melambangkan keragaman budaya di Indonesia. Batik Pamiluto sering digunakan oleh orang tua perempuan pada saat pertunangan.Dipercayai bahwa menggunakan batik dapat menciptakan hubungan antara perempuan dan laki-laki.
Konon pola batik Pamiluto ini bisa menjaga hubungan baik di antara mereka hingga hari pernikahan.Pamiluto tie-dye ini sangat mudah dikenali. Selain terdiri dari pola yang berbeda, batik ini juga memiliki karakteristik lain. Keunikan dari batik ini adalah adanya pola geometris pada permukaan segitiga bagian atas. Sebaliknya, segitiga bawah biasanya dihiasi dengan ornamen bunga.