Nama kota Pekalongan muncul di benak seseorang sebagai kota penjemuran kain batik dan bau malam yang ditemui setiap hari di setiap sudut kota. Di Jawa, batik merupakan lambang status sosial, lambang kekayaan, dan lambang identitas budaya.
Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik karena merupakan pusat kerajinan dan perdagangan Batik, sehingga Batik menjadi jantung kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Batik Pekalongan yang telah tumbuh dan menjadi salah satu ciri khas produk unggulan telah lama dikenal secara nasional maupun internasional.
Awalnya produk seni bangsawan diwarnai dengan simbol istana yang penggunaannya terbatas pada kaum bangsawan, saat ini batik telah berkembang menjadi kebutuhan yang modis. Batik yang motifnya didominasi oleh flora dan fauna dengan warna yang cemerlang adalah gaya pesisir yang memunculkan batik khas Pekalongan.
Hingga saat ini, Pekalongan merupakan penghasil batik terbesar di Indonesia Indonesia yang produksinya didistribusikan ke seluruh nusantara dan diekspor ke berbagai negara. Ada banyak kampung batik di kota ini. Kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai penjuru kota memang penuh warna Kegiatan yang berhubungan dengan batik. Batik adalah nafas kehidupan Keseharian warga Pekalong dan merupakan salah satu produknya kewalahan karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan pun terkenal sebagai “Kota Batik”.
Gambaran tersebut ini berasal dari tradisi Panjang akar di Pekalongan. Perkembangan Batik Pekalongan didukung oleh tradisi membatik yang kuat yang bukan hanya sebuah kebutuhan Ekonomi, tetapi juga saran untuk penyajian karya seni itu luar biasa. Batik bukan sekedar mata pencaharian yang bisa dibanggakan sebagai berkah bagi masyarakat Pekalongan, ada juga yang berekspresi seni.
Sejarah dan Ciri Khas Batik Pekalongan
Buku Batik Dongeng Lintas Jawa menyebutkan bahwa batik sudah diperdagangkan di Pekalongan sejak tahun 1840-an atau sebelumnya. Hal itu sangat menguntungkan. Awalnya, hanya 4.444 pedagang batik yang memesan batik dari pengrajin batik. Saat itu, 4.444 tukang celup tersebar di seluruh desa. Kebiasaan memesan batik konon sudah muncul sejak abad ke-16 sebelum zaman VOC. Di Pekalongan, batik berkembang di daerah pesisir yaitu perkotaan Pekalongan, dan dikembangkan di daerah Bualang, Pekajangan dan Wonoplingo. 1850 Pekalongan berkembang menjadi sentra batik besar.
Ciri khas dari batik Pekalongan terletak pada warnanya yang cerah. Warna – warna yang sering ditemukan di Batik Pekalongan adalah merah muda, biru, hijau, kuning, hingga jingga. Selain itu, kombinasi motif berupa garis-garis tegas atau yang biasa disebut dengan motif jlamprang juga menjadi daya tarik tersendiri. Sebagian dari motif Batik Pekalongan juga mengandung filosofi keindahan flora dan fauna di Indonesia.
Motif Batik Pekalongan
Jika diperhatikan dengan seksama, motif batik Pekalongan tidak jauh berbeda dengan batik Kota Yogyakarta dan Kota Solo. Batik perkotaan Yogyakarta umumnya menggunakan warna-warna gelap dengan latar belakang putih, dan motif utamanya masih melestarikan warisan budaya seperti parang, motif batik Kawung dan lain sebagainya.
Sementara itu, batik Pekalongan lebih banyak bermain dengan warna-warna cerah dan tidak terikat pada satu tema saja. Sehingga banyak dijumpai batik Pekalongan yang menampilkan motif makhluk seperti tumbuhan dan hewan. Selain itu, beberapa motif batik Pekalongan dipengaruhi oleh budaya negara lain. Berikut adalah beberapa desain batik motif Pekalongan.
- Motif Jlamprang
Jlamprang merupakan motif yang terbuat atas pengaruh budaya Arab dan India. Motif ini yang menjadi ciri khas Kota Pekalongan. Bahkan di Pekalongan, motif batik Jlamprang di abadikan menjadi sebuah nama jalan serta digunakan juga pada logo Kota Pekalongan. Motif ini merupakan motif batik geometris yang dapat berupa segitiga atau lingkaran dengan ciri khas pewarnaan yang cerah.
- Motif Jawa Hokokai dan Motif Pagi Sore
Dalam sejarah penjajahan Jepang (1942-1945), muncullah berbagai jenis batik yang dipengaruhi oleh budaya Jepang, sebagai salah satu alat propaganda pada saat itu. Dalam pewarnaannya batik ini juga menggunakan warna khas yang disesuaikan dengan selera Jepang seperti kuning, coklat, biru-hijau, violet, pink, dan merah.
Motif Jawa Hokokai merupakan batik yang sangat mirip dengan pakaian khas dari Jepang yaitu kimono tetapi dengan menggunakan motif utama khas kraton seperti parang, lereng. Sedangkan motif Pagi Sore menampilkan dua macam pola batik dengan dua warna yang berbeda pada satu lembar kain batik. Kemunculan motif ini berawal dari kekurangan persediaan kain di Jawa dan memiliki tujuan agar kain dapat dipakai bergantian dengan pola yang berbeda.
- Motif Budaya Tiongkok
Hadirnya pengaruh budaya China pada masa lampau juga memberikan ciri khas tersendiri bagi perkembangan batik Pekalongan. Bahkan motif batik ini mengambarkan mitos – mitos kepercayaan bangsa Cina. Beberapa motif tersebut adalah motif Burung Hong, motif Liong, motif Burung Merak, motif Burung Phoenix, motif Kura – Kura dan motif Dewa Dewi.
- Motif Buketan dan Motif Kegiatan Penting
Munculnya warga asing negara Belanda yang menjadi pengusaha batik di Pekalongan pada tahun 1860 – 1940 memberikan ciri khas tersendiri yang ditinggalkan hingga saat ini.Seperti motif Buketan yang merupakan motif tumbuh – tumbuhan baik berupa dedaunan maupun bunga yang dijadikan motif utama ataupun motif tambahan yang disusun rapi hingga menyerupai tanaman buket. Selain itu, biasanya juga diberikan motif tambahan seperti kupu – kupu ataupun burung.
Sedangkan motif Kegiatan Penting merupakan salah satu hal yang membedakan batik motif Pekalongan dengan motif lain. Batik Pekalongan sangat luas dan tidak terikat pada motif itu saja. Adanya pengaruh Belanda juga menjadikan kegiatan penting bisa dijadikan suatu motif. Sebagai contohnya adalah batik parang Jawa, batik parang Lombok hingga batik Kompeni.
Demikian ulasan singkat mengenai perkembangan dan ciri batik Pekalongan semoga memberikan kebermanfaatan dan menambah wawasan untuk kalian semua. Jaga Kesehatan dan semoga selalu diberikan kelancaran rejekinya, amin..