Batik Gentongan Madura

Khoirul Hudah

Batik tulis Madura memiliki karakter yang kuat, berciri bebas tanpa menggunakan corak dengan warna yang kuat, merah, kuning, hijau muda. Setidaknya ada seribu motif batik Madura, salah satunya motif Gentongan yang sangat populer.

Motif Gentongan memperlihatkan bentuk-bentuk abstrak yang sederhana, tumbuh-tumbuhan atau perpaduan keduanya dengan warna cerah yaitu merah, hijau, kuning atau ungu. Nama Gentongan berasal dari tong, sepotong tembikar yang digunakan untuk mewarnai kain batik dengan pewarna cair.

Motif Gentongan yang berwarna cerah terbuat dari pewarna alami yaitu kulit pohon buah mundu atau daun tarom. Pencelupan dilakukan dengan pencelupan dalam tong, waktu perendaman disesuaikan dengan warna yang diinginkan dan lebih tahan lama.

Sejarah Singkat Batik Gentongan

Motif Gentongan kuno ini merupakan warisan nenek moyang terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini. Sumbernya dari cerita leluhur yang diceritakan oleh nenek kami (Buyut) bahwa batik ini adalah pernikahan leluhur, budaya sebelumnya di desa Tlaga Biru kecamatan Tanjungbum, Mahari untuk pernikahan berupa batik tulis.

Gentongan melakukannya dengan cara terbaik untuk menghormati calon pasangannya. Menurut sejarah leluhur, batik ini ada pada masa Bangkalan Kyai Syaikhona Kholil sekitar tahun 1900-1920. Sejauh ini barang masih bagus karena sudah disimpan dengan baik. Dari segi motif bisa terlihat sangat berbeda dengan motif batik Gentongan yang berkembang belakangan ini.

Kegunaan Batik Gentongan

Batik Gentongan di Bangkalan Madura menjadi salah satu dari sedikit kain batik motif belakangan ini. Batik Gentongan juga memiliki status unik di kalangan penduduk asli. Batik Gentongan Bangkalan Madura ini tidak dijual untuk keperluan industri, melainkan dibuat untuk keperluan pribadi. Itu sebabnya sangat jarang ditemukan.

Misalnya dalam upacara perkawinan, batik gentongan merupakan salah satu mahar yang wajib diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita. Batik ini dibuat khusus oleh mempelai pria dan keluarganya. Menghadiahkan selendang dasi Gentong kepada seorang wanita konon akan menambah kemilau saat dipakai nanti.

Hingga saat ini, sebagian masyarakat Bangkala masih mempertahankan tradisi tersebut. Dulu, jika seseorang tidak mengikuti adat membatik gentong dan memberikannya kepada mempelai wanita, maka tetangga akan membicarakannya.

Jadi Batik Gentongan ini biasanya digunakan saat berjalan di sepanjang Kowade (koridor), sekarang hanya digunakan untuk pengiriman dan penyimpanan. Karena itu mahal. Apalagi sekarang banyak gaun pengantin dengan segala lonceng dan peluitnya.

Selain batik Gentongan, Madura juga memiliki batik khas yang cukup banyak. Bahkan, batik menjadi salah satu ikon utama pulau Madura ini. Dari pekerjaan rumah bagi perempuan, Batik Madura kini telah merambah pasar internasional. Tak heran bila Anda berkunjung ke Madura, Anda akan menjumpai banyak warung dasi di jalan utama.

Itulah ulasan tentang batik Gentongan yang belum banyak diketahui sejarah singkatnya dan kegunaan dari batik Gentongan. Yuk, perbanyak pengetahuan tentang batik, itu sama saja dengan menjaga kebudayaan kita di bangsa tercinta ini, Indonesia.

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment